Jember (7/6). Ketua DPD LDII Jember, Akhmad Malik Afandi menghadiri seminar nasional memperingati Hari Lahir Pancasila bertema “Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia” di Aula Auditorium Universitas Islam Negeri KH Ahmad Sidiq, Jember, Selasa (2/6).
Ketua DPD LDII Jember, Akhmad Malik Afandi yang hadir pada seminar itu mengatakan, bahwa penguatan pengamalan nilai Pancasila melalui karakter sebagai bagian menjadi warga negara yang baik.
Malik menambahkan bahwa delapan program kontribusi “LDII Untuk Bangsa” yang pertama adalah kebangsaan, artinya LDII mendorong kepada semua warganya untuk mencintai Indonesia mengalahkan cinta kepada suku dan golongan.
Untuk itu, peringatan Hari Lahir Pancasila, juga harus dimaknai membangun akhlak bangsa, “Dahulu kala ada penataran Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila atau P4, meskipun bagi anak-anak muda saat itu membuat jenuh, tapi mereka mengetahui nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.
Nilai-nilai itu, harus kembali digalakkan di sekolah-sekolah bahkan untuk penerimaan mahasiswa baru, “Namun yang paling efektif harus disertai perilaku Pancasilais dari para penyelenggara pendidikan termasuk satpam sekolah sekalipun,” harapnya.
“LDII pernah mengadakan diklat bela negara kerjasama dengan TNI bagi pemuda, agar memiliki wawasan kebangsaan yang kuat dan senantiasa meneguhkan nilai Pancasila sejak dini sehingga pada saatnya mereka menjadi pemimpin, akan semakin kuat dan kokoh rasa kebangsaannya,” ujar Malik.
Seminar itu menghadirkan dua pembicara inti, Wakil Rais Aam PBNU, KH Afifudin Muhajir dan Wakil Bupati Jember, KH Firjaun Barlaman. Dalam pemaparan materinya, Kyai Afifudin Muhajir menuturkan bahwa sejarah Pancasila memiliki tiga versi yakni tanggal 2 Juni 1945 saat Bung Karno menyampaikan kata Pancasila, versi tanggal 22 Juni 1945 saat pembentukan Panitia Sembilan dan versi tanggal 18 Agustus 1945 saat sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Terlepas dari banyak versi tersebut, Pancasila menjadi dasar negara yang merupakan kesepakatan pendiri bangsa saat itu, yang terbagi menjadi kubu nasionalis dan pemuka agama. “Karena syarat sebuah negara itu berdiri harus ada wilayah, pemimpin, rakyat, dan konstitusi,” ujar kyai yang juga sebagai pengajar di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo ini.
Senada dengan Kyai Afif, Wakil Bupati Jember, Gus Firjaun menegaskan, “Berdasarkan catatan KH Ahmad Sidiq, menyimpulkan bahwa Pancasila bukan agama, melainkan ideologi bangsa yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia,” ujarnya.
“Masih dari catatan tulisan Kyai Ahmad Sidiq, bahwa sejak itu DI/TII melakukan pemberontakan namun gagal dalam konstituante, maka akhirnya terjadi jurang antara Pancasila dan umat Islam. Saat itulah saling curiga dan khawatir satu sama lain betul betul terjadi antar tokoh bangsa,” paparnya.
Kemunculan Pancasila yang orang lupa isinya dan ingat namanya, sehingga nama itu seolah menggambarkan satu kubu (nasionalisme) padahal Pancasila adalah persatuan semua kubu.
Lebih lanjut dalam pandangan KH Ahmad Sidiq, Gus Firjaun menegaskan Pancasila mempunyai ciri khas bersifat dan bersikap, tidak ada golongan mayoritas dan minoritas. Selain itu Pancasila adalah tatanan bertetangga dan bermasyarakat antar umat beragama, maka muncul istilah ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah watoniyah dan ukhuwah basariyah.
“Sudah saatnya mengamalkan Pancasila sehingga terlaksana moderasi beragama dan menegakkan NKRI,” ujar Gus Firjaun.
Social Media Share