Jakarta (22/6). Jakarta berusia 495 tahun pada 2022. Pada usia nyaris setengah milenial itu, Pemprov DKI mengangkat tema “Jakarta Hajatan” sebagai simbol kemajuan Jakarta dalam berbagai bidang, yang langsung dirasakan masyarakat.
“Berbagai penghargaan atas kinerja Pemprov DKI termasuk Gubernurnya adalah indikator kemajuan. Demikian pula dalam bidang budaya,” ujar Ketua DPW DKI Jakarta Teddy Suratmadji.
Menurutnya, saat ini Pemprov DKI banyak memfasilitasi, membina dan memberikan ruang terhadap masyarakat Betawi. “Dalam kepemimpinan Gubernur DKI yang sekarang, banyak budaya Betawi yang hilang, difasilitasi oleh Pemerintah. Ingat bahwa budaya Betawi itu multietnis, sehingga ada budaya Betawi yang sekian lama terpendam, dimunculkan kembali,” ujarnya.
Pada era kepemimpinan Anies Baswedan, DKI Jakarta disebut sebagai Kota Kolaborasi, yang artinya pemerintah membuka peluang untuk berkolaborasi dengan seluruh elemen masyarakat. Menurut Teddy yang juga Ketua DPP LDII itu, Pemprov tidak mungkin maju kalau tidak berkolaborasi dengan masyarakat.
LDII DKI Jakarta, lanjutnya, merasakan betul bagaimana kolaborasi dengan Pemprov DKI. Dalam sejarah selama seperempat abad terakhir, belum pernah LDII DKI berkolaborasi dengan Pemprov DKI sebaik sekarang. “LDII DKI adalah peserta tetap dalam berbagai kegiatan Pemprov. Jika pemberian dana hibah merupakan indikator kolaborasi, maka LDII DKI sudah merasakannya,” urainya.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) itu mengatakan, peran LDII dalam mewujudkan cita-cita Jakarta “Maju Kotanya, Bahagia Warganya” tidak perlu disangsikan lagi. Aktivitas dakwah termasuk dakwah bil hal semata-mata adalah membentuk warga Jakarta yang profesional religius.
“Profesional di segala bidang itulah yang akan membuat kota maju, dan religius itu yang membuat bahagia warganya, sebab bahagia akan bisa dicapai manakala warganya religius. Warga yang tahu caranya bersyukur dan beribadah,” ujarnya.
Terkait ulang tahun DKI Jakarta, putera bungsu Benyamin Sueb, Beni Pandawa Benyamin menilai tema “Jakarta Hajatan” merupakan simbol bahwa DKI Jakarta siap menerima tamu. Selayaknya hajatan, pemerintah dan masyarkat Jakarta harus mempersiapkan segala sesuatunya, agar hajatan itu berjalan sukses dan meriah.
“Sebagai masyarakat Jakarta, nyok kite bantu pemerintah dan penduduk Jakarta membuat hajatan yang meriah. Pada prinsipnya, hajatan itu adalah memuliakan tamu dan tamu adalah rahmatnya Allah,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat Jakarta khususnya generasi muda Betawi selalu berupaya untuk melestarikan budayanya di tengah perkembangan teknologi. Dengan begitu, meski Jakarta yang paling terimbas oleh perkembangan zaman, maka budaya Betawi akan tetap eksis. “Selama memiliki kecintaan dan kebanggan dengan budayanya, insyaallah budaya Betawi akan tetap eksis,” tambahnya.
Pemerintah, lanjutnya, sudah melakukan yang terbaik dalam melestarikan adat Betawi dengan memberikan pembinaan, pelestarian, promosi dan memberikan panggung bagi pelaku adat Betawi. “Suku Dinas Kebudayaan memiliki program kerja untuk melestarikan budaya Betawi. Selain itu, melalui Dinas Parekraf juga aktif memberikan bimbingan terhadap pelaku adat Betawi,” urainya.
Ia mengisahkan Sang Ayah Benyamin Sueb, aktor sekaligus budayawan Betawi yang sangat cinta dengan budayanya. “Almarhum Babe sangat mencintai budayanya, budaya Betawi, terbukti dalam karyanya selalu dikemas dengan kebudayaan Betawi. Walaupun secara umum Babe itu berkaryanya kontemporer,” tuturnya.
Mengikuti sang legenda, Beni Pandawa Benyamin menegaskan, akan turut melestarikan budaya dimana ia dilahirkan. “Apa yang beliau lakukan, kami mencoba mengimplementasikan, meskipun tidak sama persis dengan beliau. Minimal kami memberikan ruang bagi pelaku budaya untuk berkarya di Bens Radio warisan Babe Benyamin Sueb,” ucapnya. (KIM)
Social Media Share