- SEPUTAR PESANTREN

Dukung Liga Santri, LDII Jadikan Sepak Bola Sebagai Pembentuk Karakter

Jember (8/7). Liga Santri Nusantara memperebutkan Piala Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) di Kabupaten Jember, Jawa Timur, resmi dibuka di Stadion Notohadinegoro, pada Senin (4/7/2022). Dalam pertandingan pembukaan, mempertemukan kesebelasan Yayasan Pendidikan Islam Bustanul Ulum (YP IBU) Pakusari dengan Al Amien Football Club. Pertemuan keduanya berakhir imbang 0-0.

Bupati Jember Hendy Siswanto dalam sambutannya menyebut pelaksanaan Liga Santri membawa keberkahan bagi Jember. “Bukan hanya olahraga, di dalamnya ada gerak ekonominya juga” katanya.

Liga Santri di Jember diikuti 12 kesebelasan pesantren yang terbagi empat grup babak penyisihan. Grup A terdiri atas YP IBU, Al Amien FC, BFC (Pondok Pesantren Baitul Arqom). Grup B berisikan Nuan United FC (Ponpes Nurul Anwar), Baitul Hikmah FC, Latazan FC (Ponpes Yasinat). Grup C terdiri atas Al Mashurin FC, Al Ishlah FC, dan PPNA FC (Ponpes Nahdlatul Arifin).

Grup D terdiri atas Alabama FC (Ponpes Al Qodiri), MUFC (Ponpes Madinatul Ulum), dan Ratu Suren FC (Ponpes Raudlotul Ulum), “Liga Santri ini semakin mempererat hubungan antar pondok pesantren. Di Jember ini ada 650 pesantren, gairah munculnya tim sepak bola semakin timbul. Sekarang baru ada 12 tim,” kata Hendy.

Hendy berharap pesantren dari Jember bisa merebut Piala KSAD di Jakarta. “Mudah-mudahan Jember menjadi tempat juara. Saya menyemangati Liga Santri ini. Kita tempat juara. Sportivitas harus dijunjung tinggi,” katanya. “Kita harus rukun. Bukan di sini tempat perebutan juaranya. Nanti di Jakarta. Kita bawa Piala KSAD ke Jember,” imbuhnya.

Cita-cita Hendy bukannya tanpa alasan. Pondok Pesantren Nurul Islam Jember pernah menjuarai Liga Santri 2015. Tim pesantern tersebut mampu mengalahkan Ponpes Al Asyariah Tangerang 9-8 melalui adu penalti, setelah selama 90 menit bermain imbang 2-2 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Minggu (06/12/2015).

Senada dengan Bupati, Ketua DPD LDII Kabupaten Jember. Haji Akhmad Malik Afandi berharap lewat liga santri ini kita bisa membentuk akhlak santri sehingga semua pemain mempunyai karakter profesional religius. Profesional artinya memiliki kompetensi bermain bola yang baik dan religius artinya memiliki nilai keagamaan yang baik pula. Di dalamnya ada jujur, amanah, kerja keras hidup hemat, rukun, kompak dan kerjasama yang baik.

Selain itu, Malik menambahkan bahwa bermain bola harus mau meninggalkan ego pemain karena yang dibutuhkan adalah kerjasama antar pemain dan kunci sukses kerja sama adalah melihat kelebihan bukan kelemahan.

Ia mengatakan terdapat istilah dalam bahasa jawa, menang tanpo ngasorake, yang artinya menang dalam pertandingan tapi tidak merendahkan lawan, “Yang menang tidak merasa pol sendiri dan yang kalah juga tidak merasa dipermalukan,” ujarnya.

Menurutnya, yang paling penting dari sebuah pertandingan adalah persahabatan. Seribu kawan terasa kurang dan satu musuh terlalu banyak, “Semoga dengan gelaran liga santri akan mampu membentuk karakter santri yang cinta tanah air dan berakhlaqul karimah,” lanjut Malik yang juga sebagai Ketua Ponpes Minhajurrosyidin Ambulu. *KIM.

Social Media Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *